
MEDAN TOWN
Kemendikbud telah mencanangkan gerakan membaca 15 menit. Gerakan tersebut ditujukan guna menumbuhkan budaya literasi kita. Sebagaimana dilansir The World’s Most Literate Nations (WMLN) 2016, angka melek literasi Indonesia nomor dua terburuk di dunia. Indonesia berada pada ranking 60 dari 61 negara. “Rendahnya budaya literasi di Indonesia, tidak lepas dari rendahnya budaya membaca,” ujar Muhammad Yazied, Mantan Ketua PWI Sumut.
Sayangnya, gerakan membaca tersebut tidak bergayung sambut di daerah. Menguatkan fakta tersebut, UNESCO menyebut dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang punya minat serius untuk membaca buku (riset 2011). Persoalan ini tentu tak bisa kita abaikan.
Untuk meningkatkan minat literasi, dibutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak. Tua, muda, laki-laki dan perempuan harus mengambil peranan. Didasari panggilan itulah, beberapa individu menginisasi Gerakan 1 juta buku untuk anak-anak Sumatera Utara. Niat baik ini dimulai dengan diskusi terbuka di Taman Edukasi Avros, Medan, Minggu (29/5) yang dimoderatori oleh Erix Hutasoit, seorang Ahli Komunikasi dari Sumut.
Menurut Yazied, membaca penting untuk menumbuhkan keterampilan literasi. Keterampilan literasi ini terkait dengan bagaimana mencai, menggali dan mengelola informasi yang dibutuhkan untuk merancang masa depan yang lebih baik. Ia juga bercerita bagaimana membaca begitu berguna bagi profesinya sebagai jurnalis.
Tak lupa, Yazied mengisahkan bagaimana susahnya mendapatkan buku di zaman awal kemerdekaan, namun hal itu tak menyurutkannya untuk menggeluti dunia bacaan. Dan terbukti, akibat kegigihannya membaca, sekarang ini ia menjaid satu-satunya jurnalis di Sumut yang punya keterampilan menyusun peta dengan menggunakan foto udara.
Tak hanya Yazied, pentingnya membaca buku juga diamini Jamal, salah satu orangtua. Menurutnya, gerakan membaca ini jangan hanya ditujukan bagi anak-anak, tetapi juga kepada guru. “Guru juga harus kita sasar melek literasi. Bahkan para leader di sekolah seperti kepala sekolah dan guru harus melek literasi, sehingga ditiru murid-muridnya,” katanya.
Anjurannya itu langsung didukung Julita Darmayanti Lubis, Guru SD di Binjai. Gerakan seperti ini, kata dia, jangan hanya mengumpulkan buku tetapi bagaimana kita bisa menggerakan keluarga dan berbagai komunitas untuk ikut ambil andil. “Sebuah gerakan yang melibatkan semua pihak akan menghasilkan efek kuat,” tukasnya.
Kepala BidangPendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Medan Masrul Badri juga mendukung penuh gerakan ini. Ia berjanji akan menggerakan para jajaran dan bawahannya ikut terlibat mendukung Gerakan Sumut Membaca ini. Ia memulai dengan turun urun buku.
Gerakan Sumut Membaca ini dimulai dengan mengumpulkan buku-buku bekas atau baru. Siapa saja bisa ikut menghibahkan. Tiap buku yang terkumpul akan didata secara baik dalam satu sistem database, kemudian dikirimkan kepada pelajar miskin di seluruh pelosok Sumut.
Agus Marwan, Pengamat Pendidikan mengatakan, pihaknya memiliki penanggung jawab di setiap kabupaten/kota. Sehingga sebagian buku segera bisa dikirim tanpa harus menunggu terkumpul 1juta eksemplar. “Ini hanya target minimal satu juta buku. Kita berharap bisa lebih. Terkait titik-titik pembagian buku, kita memprioritaskan kepada anak-anak miskin yang punya semangat membaca buku. Baru kemudian komunitas-komunitas baca pinggiran yang kekurangan buku. Sekolah-sekolah dan madrasah juga akan menjadi target,” ungkapnya.
Namun agar Gerakan Sumut Membaca ini makin massif, berdampak nyata dan berdaya gugah, Pakar Pendidikan Dr Mutsyuhito Solin menyarankan agar digelar diskusi tematik secara teragenda dan berkala. Bisa juga dengan melibatkan jurnalis, bahkan menghadirkan para penulis-penulis untuk membicarakan karya-karyanya. “Mengumpulkan buku sejuta kan gampang. Yang jadi tantangannya, bagaimana supaya kegiatan membaca itu lebih bermakna,” katanya memberi masukan sembar ikut urun buku. (MTH)
posted from Bloggeroid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar